Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Sajak

Komandan

Komandan! Ringan sekali beban hidupmu Bagai padi, Teladanmu bukan dusta Keserdehanaan kau pinangkan padaku, keberanian kau kenalkan padaku, Jadi budak pun aku tak pantas, terima kasih pun tak akan cukup. 1 September 2020, Sang komandan tengah berulang tahun, 76 tahun bukanlah umur yang muda lagi Tapi, Bagiku 76 tahun hanyalah angka sederhana Selebihnya ia tetaplah komandan ku yang gagah berani dan berwibawa. Selamat Ulang Tahun, Komandan Maafkan diri ini terlalu cengeng untuk mengucapkannya secara langsung. Yogyakarta, 6 September 2020

Bulan

Bulan perlahan menengah,  Seakan mengajak bertadah, Menghadap Sang Pemberi Anugrah, Sungguh, Hati ini Resah. Sementara Aku disini, Masih berbaur bersama mimpi, Tersentak, terbangun di keheningan dinihari, Seketika berpikir, mengapa kau tak disini ? Percikan air basuhi muka dan kepala, Menceritakan semua yang kupunya, Kamu, senyuman, dan sekeping asa, Yang tak bertuan dan tak tau arah. Hingga air mata jatuh menitik, Basahi mulut yang kian menukik. Malam semakin hening, Harapan kian menyingsing, Entah itu ada atau malah berpaling, Dan hancur hingga berkeping-keping. Yogyakarta, 29 Agustus 2019

Dalam Diam

Jika kau bertanya tentang cinta dalam diam.   Mungkin: Ia adalah rasa indah dalam dada, Yang tak sanggup diungkapkan.   Karena: Ada kecemasan Jangan-jangan harapan kan bertemu dengan kekecewaan.     Jika kau bertanya tentang cinta dalam diam.   Bisa jadi: Ia adalah rasaku kepadamu, Yang kupendam bertahun lamanya, Dari dulu, sekarang, mungkin juga nanti.   Tapi: Aku tidak mau mengganggumu, Jangan-jangan kau menerima cintaku.   Padahal: Mungkin saja Aku tak sanggup memberi sebutir kebahagiaan, Sekolam permata untukmu.   Itu.  Bandung, 17 Agustus 2020

All The World's Stage

All The World's Stage All the world's a stage, And all the men and women merely players, They have their exits and their entrances, And one man in his time plays many parts, His act being seven ages. At first, the infant, Mewling and puking in the nurse's arms. Then whining schoolboys,  With his satchel and shining face, creeping like snail unwilling to school. And then the lover, Sighing like furnace, with a woeful ballad  Made to his mistress' eyebrow.  Then a soldier,  Full of strange oaths and bearded like pard, Jealous in honor, sudden and quick quarrel, Seeking the bubble reputation even in the cannon's mouth   And then the justice,  In fair round belly with good of capon lined, With eyes severe and beard of formal cut, Full of wise saws and modern instances, And so he plays his part.  The sixth age shifts into the lean and slippered pantaloon,  With spectacles on nose and pouch on side, His youthful hose, well saved,  A world too ...

Sementara

Sementara kita saling berbisik Untuk lebih lama tinggal Pada debu, cinta yang tinggal berupa Bunga kertas dan lintasan angka-angla Ketika kita saling berbisik Di luar semakin sengit malam hari Memadamkan bekas-bekas telapak kaki, menyekap sisa-sisa unggun api Sebelum fajar. Ada yang masih bersikeras abadi. Perahu Kertas,

Angin

Mencintai angin harus menjadi siut; Mencintai air harus menjadi ricik; Mencintai gunung harus menjadi terjal; Mencintai api harus menjadi jilat Mencintai cakrawala harus menebas jarak; Mencintaimu harus menjelma aku Selamat Malam, Untukmu yang sedang berjuang Perahu Kertas, 1982

Hujanmu

Ini sudah terlanjur mencintaimu; Payung terbuka yang bergoyang ditangan kananku, air yang menetes dari pinggir payung itu, aspal yang gemeletuk dibawah sepatu, arloji yang buram berair kacanya, dua-tiga patah kata yang mengganjal di tenggorokan. Deras dinginmu, Sembilu Hujanmu Perahu Kertas, 1982

Untukmu

Bersamamu, seperti ada di ambang janji dan angan Diantara ada aku yang mati perlahan, berusaha bertahan dengan janji yang terlontarkan untuk tidak jatuh dan cinta secara perlahan. Kamu tau? Banyak sesuatu yang terpaksa dipendam Bahkan sebelum rasa itu tumbuh Dan mungkin, kita akan menjadi dua orang yang utuh yang berhasil menjaga janji dan angan, agar takkan runtuh. Perahu Kertas, 1982

Tanda Baca

"Kau adalah kata-kata dan aku adalah tanda baca." Kukira, kau punya kemampuan hebat dalam mengagungkan semesta, dan aku bisa menahanmu dengan beberapa tanda koma. Namun, Kenyataanya berbeda. Kau hanya kata-kata yang berulang kali membias makna, dan aku hanyalah titik koma yang terselip antara kau dan dia. Dionisius Dexon